Minggu, 20 Mei 2012

I'M BEAUTIFUL, JUST THE WAY I'M



"Tanganmu kasar banget, Tis" Kata Lia mencibir.
Tisa tertawa. "Mungkin aku punya bakat mukulin orang kali yaa?"
         Tisa sudah biasa menghadapi ejekan semacam itu. Artinya bukan hanya sekali atau dua kali ia mendapat ejekan seperti itu. Tisa biasanya tertawa lepas, seolah tanpa beban. Padahal kadang diam-diam ia merasa sedih. Beberapa temannya sering mengejeknya punya tangan kuli atau pekerja kasar.
         Tisa membolak-balikkan majalah yang dibacanya, pikirannya jadi agak ruwet setelah Lia mengejeknya tadi. Diam-diam pikirannya menerawang, mengingat masa kecilnya, sekitar enam tahun yang lalu.

***

"Tis, jangan lupa nanti bak mandi dipenuhi air, Ibu berangkat mengajar les sempoa dulu"
"Tisa mengangguk, seakan ingin mengatakan-aku sudah hafal kata-kata itu"
         Tisa kecil adalah gadis cantik, putih, kurus, dan mempunyai tinggi badan yang semampai. Tisa dikenal sebagai anak pintar di bidang akademis. Pengetahuan agamanya juga lebih mendalam dibanding teman-teman seusianya. Hidupnya mulai agak berubah setelah Ayahnya memutuskan untuk berhenti bekerja pada salah satu perusahaan temannya. Alasannya? Tisa tak begitu mengerti. Yang ia tau, Ayahnya mulai merintis bisnis baru. Bisnis susu sapi segar. Yang sangat terpatri dalam ingatan Tisa, ketika ia minta binder (semacam notes yang isinya sering buat tuker-tukeran). Tisa harus bekerja keras terlebih dahulu, membantu Ayahnya mengantarkan susu sapi segar pada pelanggan.
          Beberapa bulan kemudian harga-harga kebutuhan rumah tangga semakin naik. Ibu Tisa ikut pontang-panting mencari nafkah yang sebenarnya bukan kewajibannya. Mengajar TK, les sempoa, dan seabrek pekerjaan dilakoninya.
          Tak lama kemudian, mungkin sekitar satu bulan setelah Ibu Tisa bekerja, air PAM di kompleks perumahan yang di tempati Tisa dan keluarganya macet, pipanya rusak. Hanya itu yang diketahui Tisa. Sejak saat itu, setiap sore, Tisa harus bekerja keras mengangkut air dari keran depan rumahnya seperti tetangga-tetangganya. Dengan tangan kecilnya, Tisa berhasil memenuhi bak mandi dirumahnya. Kadang adik Tisa turut membantu Tisa mengangkut air. Ketika sore hari melihat teman-temannya bermain, hati Tisa sedih. Tisa tak bisa menikmati masa kecilnya dengan sempurna. Tisa pun tumbuh sebagai anak yang 'dipaksa' keadaan untuk lebih bisa lebih cepat berpikir dewasa.
         Tisa mulai berpikir, bagaimana cara membantu kedua orang tuanya. Akhirnya setiap hari Tisa mengerjakan berbagai pekerjaan rumah, menyapu, mencabuti ruput 'nakal' dihalaman rumahnya, membersihkan kaca jendela, mengepel, mencuci piring, dan beberapa pekerjaan rumah lainnya yang bisa ia lakukan. Lama-kelamaan Tisa menyadari perubahan pada fisiknya, ia merasa tangannya lebih kasar, dan kulitnya berubah menjadi lebih gelap.

***

"Tis, woy..bengong aja dari tadi" Alifa menyadarkannya dari lamunan tentang masa kecilnya.
Tisa agak geragapan. "Yee..sapa yang bengong?"
"Kamu, barusan mikirin sapa hayoo?" Alifa usil meledeknya.
"Apaan sih Lif?" Tisa tak mengerti.
"Yaudah, tuh kamu udah ditunggu sama Pak Sugi, katanya mau minta tanda tangan buat laporan PKL?" Alifa mengingatkan Tisa.
"Oh..astagfirullah" Tisa menepuk jidatnya. "Aku lupa!"

***

"Tis, besok kita main ke kalibiru yuk, mau gaa?? Alifa mengunyah batagornya.
"Kapan?" Tanya Tisa datar.
"Besok minggu, mau gaa?" Temen-temen banyak yang ikut lho. "Alifa mulai promosi.
"Naik apa kesana? kalibiru kan jauh" Tisa sibuk memainkan hapenya.
"Belum tau, tapi kayaknya pada mau naik motor deh"
"Hmm...maaf Lif, aku gaa bisa ikut"
"Kenapa?" Alifa menatap Tisa dengan tatapan menyelidik.
"Ngg.. ada komunitas pelajar KP, kebetulan tempatnya disekolah kita" Tisa bernafas lega. Ia berhasil menemukan alasan yang lumayan 'pas'.
"Yaa sudahlah kalo gitu" Alifa pasrah, dan kembali menekuni batagornya.
Tisa melirik Alifa dan berkata dalam hati "Hmm..maaf Lif, kalo aku punya motor, mungkin aku ikut, tapi..." Batinnya berkecamuk. Getaran ponsel membuatnya berhenti memikirkan masalah 'motor' itu sejenak.
Sender : Satya
Message : Assalamu'alaikum Ukhti :-)
                Kamu baik-baik aja kan hari ini ?
          Tiasa mengernyitkan dahinya. Satya? kok dia nanya itu? Perlu diketahui, Satya adalah kakak kelas Tisa yang akhir-akhir ini jadi tempat penampungan curhat Tisa. Sekaligus pemasok ager ke perut Tisa. Lho?
                Wa'alaikumsalam Akhi :-)
                I'm okay Sat, how are you today? :-)
          Memperoleh sms dari Satya sesaat membuatnya lupa pada kepelikan hidupnya. Layar hape tisa berkedip. Ada sms dari Satya.
Sender : Satya
Message : Yakin?
          Tisa menimbang-nimbang. Jujur, enggak, jujur, enggak. Hmm..enggak aja deh. Kasian, Satya baru pulang ujian. Capek.
                I'm sure :-)
                emang kenapa Sat?
          Trrrtt...ponsel Tisa bergetar.
Sender : Satya
Message : Semalem aku mimpiin kamu lho :-P
                Ceritanya aku main ke rumahmu, tapi dirumahmu banyak temenmu. Terus abis temenmu pulang, ada keluargamu dateng. Bulek, bude, keponakan. Jadi kayak lagi ada acara keluarga :-)

          Tisa tersenyum simpul dan mulai mengetik sms balasan.
               Terus kenapa? :-P
               Itu lagi lebarang mungkin :-)
Tak lama kemudian hape Tisa berkedip.
Sender : Satya
Message : Haha :D
                Tapi ada satu hal yang bikin aku kaget tentang kamu dimimpiku :-)
Tisa menyangga dagunya dengan tangan, sambil mengetik.
"Hmm? Apa sat? :-)
Beberapa kemudian ada sms masuk lagi.
Sender : Satya
Message : Kamu keliatan anggun bangeeeet :-P
Tisa tertawa.
              Masa?
              Anak gunung maksdunya? :D
Sesaat kemudian hape Tisa bergetar.
Sender : Satya
Message : Ngga kok, serius kamu anggun banget :-)
                Aku aja sampe diem merhatiin kamu terus waktu dimimpi :-)


***
Ayo Tis, batagorku udah habis" Alifa menarik tangan Tisa.
Tisa berjalan mengikuti langkah Alifa. Tapi dalam hatinya Tisa tertawa miris memikirkan sms Satya. Anggun? Heloo? Sejak kapan?
"Lif, menurutmu, aku cantik gaa?" Tisa iseng bertanya pada Alifa.
"Hmm?" Alifa mengernyitkan dahi, sesaat kemudian ia tertawa. "Ngapain kamu tanya kayak gitu? Tumben"
"Gapapa sih, iseng aja. Emang kenapa?"
"Kata kakakku, kamu itu manis. Tapi sebenernya kamu gaa usah ngurus soal cantik apa ngganya diri kamu" Alifa berhenti sejenak. "Kamu tuh pinter, kamu punya orang tua yang baik, punya banyak temen, punya fisik yang sehat dan lengkap. dalam beberapa hal, kamu lebih beruntung dari aku Tis"
Tisa diam, tak tahu harus berkata apa.
"So, bersyukur aja dengan semua yang udah kamu miliki" Alifa tersenyum dan menepuk bahu Tisa. "Kamu cantik kok Tis, kalo juteknya dikurangin."
"Lho? Maksudnya apa nih?" Tisa dan Alifa tertawa.
           Dalam hati Tisa membenarkan kata-kata Alifa. Yeah, I'm beatuful just the way i'm. Selama ini Tisa terlalu pusing soal tangan kasar, gaa punya motor dan hal-hal yang kurang penting lainnya. Tisa harusnya bersyukur. Ia punya orang tua yang baik, punya fisik yang sehat dan lengkap, punya prestasi yang membanggakan, punya banyak sahabat yang mencintainya, punya reputasi baik disekolah, dan tak ternilai nikmat Allah yang ditujukan kepadanya. Harusnya Tisa banyak bersyukur.  Astagfirullah, Tisa menundukkan kepalanya. Sebuah doa terukir di lubuk hatinya yang paling dalam. Tisa ingin menjadi hamba yang bersyukur. Karena Tisa tidak mau hidupnya sia-sia.

"Ya Allah, jauhkanlah hamba ini dari hidup yang sia-sia"


Saturday, 23-3-2012
07.49



Oleh : Tisa Hanifa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar